You Are Reading

0

Domestic Drama (Gagasmedia)

Unknown Selasa, 03 April 2012
Tulisan ini disalin dari website gagasmedia. Penerbit Gagasmedia sedang membutuhkan novel genre ini.
Mengungkap kehidupan rumah tangga, terutama bagi yang baru mulai berumahtangga, memang memiliki keunikan tersendiri. Saat ini, tidak jarang penulis yang membuat novel dengan latar belakang keluarga. Kamu juga bisa menulis kehidupan seperti itu. Berikut adalah ketentuan pengiriman naskah yang masuk dalam kategori domestic drama ini.

  • Panjang naskah 70-150 halaman A4, spasi 1, Times News Roman 12
  • Kirimkan dalam bentuk print out (yang sudah dijilid rapi, tentunya), sertakan sinopsis lengkap novelmu, plus form pengiriman naskah ke:
REDAKSI GAGASMEDIA
Jl. Haji Montong No. 57, Ciganjur
Jagakarsa, Jakarta Selatan 12630
(KODE NASKAH: DOMESTIC DRAMA—tulis di amplop naskahmu)
  • Setiap naskah akan diproses langsung oleh redaksi. Waktu yang diperlukan 3-4 bulan, mengingat banyaknya naskah masuk setiap harinya. Harap maklum ya.
  • Contoh novel Domestic Drama:
  1. After the Honeymoon (Ollie)
  2. Alpha Wife (Ollie) 
  3. Dongeng Semusim (Sefryana Khairil)
  • Jangan lupa untuk mengirimkan pula form pengiriman naskah yang bisa kamu download di sini!
PLOT
Sesuai namanya, novel-novel Domestic Drama bercerita tentang pasang surut dalam kehidupan pernikahan. Masalah-masalah yang dialami tokoh utama (suami-istri) tak jauh-jauh dari kehidupan rumah tangga lainnya: uang, karier, anak, kehidupan bermertua, tetangga, pendidikan anak, dsb. Pilih konflik yang membumi dan tidak mengada-ada.
Sebaiknya mengambil latar belakang keluarga menengah ke atas. Konflik keluarga kelas atas biasanya berkutat di masalah skandal, which is bukan pilihan konflik yang sedang kita cari.
What happens in family, stays in family. Jangan biarkan konflik dalam novel Domestic Drama-mu diselesaikan/dibantu orang yang bukan keluarga. Lebih baik lagi, jika tokoh utamanya sendiri yang menyelesaikan masalah rumah tangganya—yang, tentu saja, dengan segala pergumulan dan kesadaran diri.
Konflik atau sub-konflik orang ketiga sebaiknya dihindari. Bukan saja klise, tapi outdated—alias kuno banget.
KARAKTER
Karakter-karakter pendukung Domestic Drama tak jauh-jauh dari lingkungan keluarga: anak, mertua, kakek, nenek, cucu, paman, bibi—bahkan mungkin, tetangga. Semua tokoh yang dilibatkan dalam Domestic Drama sebaiknya dipilih yang benar-benar membantu tokoh utama dalam menyelesaikan masalah pernikahannya.
Newlyweds (pengantin baru) adalah topik favorit Domestic Drama. Bukan saja karena di fase inilah banyak sekali kemungkinan konflik yang bisa terjadi, tapi juga fakta bahwa pembaca romans GagasMedia yang mayoritas dewasa muda bisa dengan gampang ‘terlibat’ ke isi cerita. After the Honeymoon (Ollie) adalah contoh baik novel Domestic Drama bertema newlyweds.
LAIN-LAIN
Butuh inspirasi? Tonton serial-serial TV seperti Home and Away, Neighbours, Growing Pains, Family Ties, Six Feet Unders, dan Brothers and Sisters untuk mencari inspirasi.
Sepanas apa sih baiknya adegan seksi di Domestic Romance?
Untuk mempermudah bayangan level sensualitas di novel romance, GagasMedia memakai teori 12 Steps to Intimacy-nya Desmond Morris sebagai panduan. Fokus pembaca Domestic Drama bukan di adegan seks, Dahling. Ingat, untuk Domestic Drama ini, tingkat keintiman yang digunakan hanya sampai nomor 7.
  1. Eye to body (deskripsi kekaguman saat pertama kali melihat pasangan)
    Dari mata turun ke hati—begitulah cara paling simpel untuk menjelaskan level terendah dari sensualitas Desmond Morris ini. Contoh:
    “Daniel?” panggilnya lembut.
    Tapi laki-laki itu tak kunjung menoleh. Bahkan ketika Nadia berjalan pelan ke sofa empuk, tak jauh dari tempat laki-laki itu berdiri. Sosok tinggi dan atletis itu tetap di sana, bergeming seperti patung Yunani, dan membisu seperti batu. Sesuatu dari dalam diri Daniel membuat Nadia mendadak canggung. Dia lalu berdehem, sambil berusaha menawarkan perasaannya yang berdebar-debar.
    “Daniel?” Dia memanggilnya lagi.
  2. Eye to eye (saling bertatap mata)
    Momen indah saat kedua orang yang jatuh cinta itu saling menatap.
    “Aku senang kamu ada di sini,” kata Devon sungguh-sungguh. Sesaat, mata mereka bertemu di udara. Waktu berhenti untuk mereka berdua. Contoh:
    “Aku juga,” aku Aria, tak berani berkedip barang sedetik pun. Dia tak ingin melewatkan saat-saat indah ini... sebelum Daniel meninggalkan Indonesia.
  3. Voice to voice (percakapan romantis dengan pasangan)
    Obrolan romantis, dari hati ke hati, adalah favorit sebagian besar pembaca romance. Bahkan, beberapa mengenangnya sebagai quote yang tak terlupakan. Contoh:
    Alvin menarik napas panjang sebelum berkata, “Aku mencintaimu.”
    Sebelum Dewi bereaksi atas ucapannya barusan, laki-laki itu buru-buru menempelkan telunjuknya di bibir perempuan itu. Setelah jeda beberapa saat, Alvin baru melanjutkan, “Aku tak bisa menjamin akulah yang kau inginkan. Tapi aku berjanji menjadi laki-laki yang kau butuhkan.
    Dewi tak mampu berkata-kata. Matanya berkaca-kaca.
  4. Hand to hand (berpegangan tangan dengan pasangan)
    Sentuhan skin-to-skin (kulit bertemu kulit) dimulai sejak tahap ini. Dan cukup banyak juga cerita romantis dimulai dengan jabatan tangan. Contoh:
    Untuk pertama kalinya, sejak sisa siang itu, Kania merasa tenang. Dia membiarkan Hadi memanjakannya di tempat tidur; memperbaiki letak bantal sehingga dia bisa menyandarkan tubuh dengan nyaman, membuatkan segelas teh melati. Setelah meletakkan cangkir berisi cairan hangat itu di bawah lampu meja, Hadi menggenggam tangannya dengan lembut. Jari-jari panjang laki-laki itu merangkul jari-jarinya seolah menjanjikan perlindungan—sesuatu yang bisa dia percayakan pada Hadi.
    “Jangan mikir yang berat-berat dulu,” katanya, membelai punggung tangan Kania dan mengalirkan gejolak aneh di dalam dirinya. “Aku pengen kamu istirahat sepuasnya, biar pusingnya cepat sembuh.”
  5. Arm to shoulder (menyentuh bahu pasangan)
    Gestur romantis skin-to-skin masih berlanjut di tahap ini. Contoh:
    Christopher menyentuh bahu Rachel dan gelenyar panas dengan cepat menjalari lengan sampai ke kuku-kuku tangannya. Padahal katanya kuku jari tak bisa merasakan apa-apa.
    Rachel menggumam dalam hati, hanya karena Christopher tunangan kakaknya, bukan berarti dia kebal terhadap pesona laki-laki itu.
    “Sudah malam,” ujarnya lembut.
  6. Arm to waist (meletakkan tangan di pinggang)
    Bayangkan adegan dansa, pelukan mesra dari belakang, atau momen ‘kecelakaan’ yang membawa pembaca ke suasana intens antar tokoh utama. Contoh:
    Sejurus kemudian, Juliet menyesali kekeraskepalaannya. Menepis uluran tangan Romeo justru membuatnya terjerumus ke masalah yang lebih besar. Dia tergelincir di atas lantai marmer yang baru dipel itu dan laki-laki itu langsung sigap menangkap tubuhnya. Sesaat, Juliet merasa beruntung karena tak sampai mempermalukan diri di depan Romeo. Tapi merasakan lengan berotot laki-laki itu di pinggulnya adalah masalah besar.
    “Lepaskan!” perintahnya dengan suara gemetar. Menatap langsung mata cokelat Romeo mengisi daftar panjang kesalahannya sepanjang hati itu.
    “Tapi kamu nanti bakal jatuh.” Brengsek, dia tersenyum!
  7. Mouth to mouth (berciuman)
    Apa ini masih perlu dijelaskan? Semua yang berjiwa romantis tahu, berciuman dengan orang yang disayang akan menjadi kenangan terindah selamanya.... Contoh:
    Tora mencondongkan tubuhnya dan menekan bibirnya ke bibir Lidya. Tuhan, bibirnya lembut dan mengingatkannya pada es krim. Lembut dan adiktif. Dia menemukan sensasi dingin mint dari permen karet yang tadi dikunyah cewek itu. Pikiran warasnya hilang sesaat, terbius pengalaman baru yang ditemukannya bersama Nadia.
    “Apa kamu mikirin Gita saat nyium aku?” tanya Nadia setelah mereka menghentikan ciuman itu.
    Tora nggak menjawab. Dan, seperti bisa membaca pikirannya, Lidya menampar cowok itu.

0 komentar:

Posting Komentar

 
Copyright 2010 Dunia Imajinasi